Sabtu, 04 Oktober 2008

Menang Berarti Menang, Kalah Tetap Menang

“Demokrasi merupakan sebuah alat untuk mencapai tujuan utama, yaitu mewujudkan kesejahteraan rakyat”(Jusuf Kalla)

Salam demokrasi..Kita harus bangga atas keberhasilan pesta demokrasi terbesar (Pemilu) yang lalu -meskipun masih ada cacat-, karena telah berjalan dengan baik, tanpa diwarnai kericuhan baik dari kedua belah pihak. Salah satu kelebihan dari penggunaan kata ‘keluarga’ pada konsep KEMA FK-UH tantu selalu menjadi tantangan jika terjadi pertentangan. Tetapi jika sebaliknya, tidak ada pertentangan, berarti apatisme dari komunitas kita tentang keberadaan KEMA itu sendiri semakin meningkat. Idiom-idiom ‘’cape deh’’ atau ‘’kurang kerjaan’’ terhadap orang yang aktif lembaga termasuk para aktivis pemilu, tentu harus diklarifikasi. Siapapun yang menang pada proses demokrasi paling akbar ini,dalam prosesnya tetap berada pada jalur-jalur demokrasi itu. Jika ternyata mayoritas masyarakat meminta mundur pemenang pemilu ini, ya dia harus mundur pula. Kekalahan dalam pemilu atau pengunduran pasca pemilu –kemungkinan terburuk kudeta- buka berarti kalah seperti yang kita lihat, tetapi banyak sudut pandang yang harus dilihat. Kepemimpinan secara struktur tidak selalu mencerminkan keinginan pemilihnya, kepemimpinan secara nilai terkadang lebih menentukan. Contho, kepribadian sukarno, hatta, dan pejuang lainnya yang dianggap lebih didengar dibanding pemimpin secara struktur yang notabene adalah penjajah kita , orang belanda dan jepang. Memang lebih baik disegani daripada ditakuti. Pastinya lebih baik jika kita memipin baik secara sturktural maupun cultural/nilai.
Kritik terhadap KPU
Peran KPU dalam proses pemilu pada dasarnya patut dihargai mengingat kerja kerasnya dalam membawa pesta demokrasi ini dengan baik. Namun ada yang patut di soroti, jika berkaitan dengan proses pembelajaran demokrasi.Keputusan untuk tidak adanya kampanye calon dan sedikitnya hanya 2 hari proses kampanye , kupikir masih sedikit sekali proses sosialisasi calon terhadap masyarakat hal ini menciptakan sikap yang elitis dimana calon hanya diketahui oleh elit FK dan tim sukses, sementara tidak membasis ke masyarakatnya langsung. Ini menciptakan kebingunan pada pemilih di basis. Akhirnya permainan kotor-proses penggiringan pemilih basis untuk memilih salah satu calon- terjadi kembali. Dan ini justru bukan pembelajaran demokrasi yang baik, tapi justru pembunuhan hak-hak demokrasi baik dengan dalih agama maupun dalih logika. Kampus bukan tempat penciptaan manusia ideologis yang seideologi dengan yang berkuasa atau yang mau berkuasa tapi lebih dari itu, mengenal semua ideologi dengan kritis dan cermat dan memilihnya di antara itu.

Kampanye Gambar dan Kampanye Dialogis
Proses kampanye yang diadakan KPU hanyalah 2 yaitu kampanye gambar dan kampanye dialogis. Pertama kampanye gambar, kampanye ini ternyata juga masih jauh dari ideal. Karena dari dua tim sukses yang ada ,asih terkesan kurang mendidik melalui kampanye ini.Gambar yang ditampilkan hanyalah foto calon dan kata-kata provokatif seperti iklan. Visi dan latar belakang calon tidak cukup dijadikan alasan. Visi rata-rata hampir sama, tidak ada yang mencolok perbedaannya, dan di antara keduanya masih tidak jelas apa yang dibawa masing-masing calon. Lalu entah mengapa, percaya atau tidak, ternyata masing-masing calon juga punya latar belakang background organ yang berbeda yang menjadi potensi massanya. Ditambah lagi proses tarik ulur kepentingan antara organ yang satu dangan organnya calon hanya menciptakan pesta demokrasi ini hanya sekadar permainan kepentingan kekuasaan antar organisasi. Kedua , kampanye dialogis yang diadakan ternyata tidak lebih dari sekadar formalitas pengenalan calon dengan baik, yang hadir kemarin di debat kandidat, hanya massa ideologis, tanpa pemilih di basis.karena diadakan pada saat kuliah mahasiswa. Pertarungan yang ada kemarin ialah antara tim sukses yang satu menjatuhkan calonnya tim sukses yang lain. Jadi proses pembelajaran demokrasi yang lalu masih jauh dari cita-cita menciptakan pemilih-pemilih cerdas. Solusi yang bisa aku tawarkan ya satu, untuk muktamar selanjutnya adakan kembali mekanisme partai politik di kampus.
Apapun yang terjadi sepatutnya kita patut bangga terhadap pemilu kita, jika dibandingkan dengan pemilu KEMA UH yang masih belum jelas hasilnya.Ya aku.. ingin mengucapkan selamat terhadap ketua BEM terpilih ialah kanda Irbab yang telah dipercaya sebagian besar oleh masyarakat KEMA FK-UH untuk membawa ini keluarga. Menang kalah dalam proses pemilu ini tetap menjadi tanggung jawab bersama dalam menggiring nilai mahasiswa itu kepada mahasiswa itu sendiri. Semoga kesadaran masyarakat kita tidak mentok sekedar kesadaran pemilu, tetapi kesadaran hakikat yang terus menerus.

Tidak ada komentar: